FATIMA MATARI CERAH
Semoga seperti matahari, yang menyinari bumi..
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Pagi menjelang siang, saat semua orang telah melakoni rutinitas kehidupan, kurang lebih pukul 10.40 seorok mungil dengan berat 3,5 kg dan tinggi 49 cm, dengan proses yang tidak bertele-tele hadir dalam pandangan kami. Hari Rabu, 3 Mei 2006 di saat matahari cerah dan hangat itu kami dikarunia seorang bayi perempuan.
Pada awalnya kami hanya ingin sekedar memberi sebuah nama, tak lebih dan tak kurang: sebuah nama yang pas, enak didengar, dan beda dengan yang lain agar mudah diiingat. Bukankah baik dan buruknya seseorang tidak bergantung pada nama yang disandangnya saja, namun juga tergantung pada apa yang diciptakan, dirasakan dan dikarsakan si pemilik nama. Dan bukankah tubuh manusia dimuliakan oleh jiwanya, bukan penampilan permukaannya (bukan karena hidungnya, bukan karena rambutnya, bukan karena kulitnya, dll): Cantik atau tampannya bukan ditentukan oleh bentuk fisik dan pakainnya. Jika kecantikan/ketampanan ditentukan oleh bentuk muka, warna kulit, telinga, jenis dan hidung, maka di manakah bedanya antara manusia dengan lukisan?
Saya tidak begitu tahu mengapa Iwan Fals menulis lagu yang sangat pas untuk menggambarkan tentang melakoni hidup. Judulnya Seperti Matahari, dalam album Suara Hati (2002/2003?). Sejak pertama mendengar lagu itu, yang sebenarnya musiknya kurang enak didengar, saya terinspirasi jika dikarunia anak lagi akan menamainya seperti matahari. Saat itu kami baru saja mendapatkan momongan yang pertama, M. Azka Sirajulakbar (cahaya besar yang suci). Tetapi, jika nama seorang seperti matahari maka kedengarannya sangat lucu. Setan pun mungkin akan tertawa.
Di sebuah acara yang saya ikuti akhir Maret 2006, saya beruntung bertemu dengan Roger Tol (pakar bahasa dari KITLV). Saya berdiskusi lama dengan dia, termasuk berbincang tentang karya-karya Pramoedya Ananta Toer (sastrawan yang dikerdilkan oleh pemerintah Orde Baru karena karya-karyanya, meninggal 30 April 2006). Salah satu perbincangan kami, pengunaan istilah matari untuk menuliskan matahari dalam karya-karya Pram (Rumah Kaca, Bumi Manusia, dll). Saya termasuk yang setuju dengan karya-karya Pram, dan untuk menghargainya, kata matari saya pakai untuk menamai anak kami. Yang kayaknya, lebih pas dari kata seperti matahari. Setan tak mungkin akan tertawa.
Menjadi pencerah kegelapan (kebodohan, kemiskinan, penjajahan, penindasan) dunia di atas bumi ini adalah tujuan mulia hidup kami, dan semoga anak-anak kami menjadi bagian besar dalam mewujudkan dunia yang cerah, dengan cipta, karya dan karsanya.
Semoga
Seperti matahari
Iwan Fals
Keinginan adalah sumber penderitaan
Tempatnya di dalam pikiran
Tujuan bukan utama
Yang utama adalah prosesnya
Kita hidup mencari bahagia
Harta dunia kendaraannya
Bahan bakar budi pekerti
Itulah nasehat para nabi
Ingin bahagia, derita didapat
Karena ingin, sumber derita
Harta dunia, jadi penggoda
Membuat miskin, jiwa kita
Ada benarnya nasehat orang-orang suci
Memberi itu terangkan hati
Seperti matahari, yang menyinari bumi,
Yang menyinari bumi
Ingin bahagia, derita didapat
Karena ingin, sumber derita
Harta dunia, jadi penggoda
Membuat miskin, jiwa kita
Keinginan adalah sumber penderitaan
Selasa, 18 Maret 2008
PANGGIL AKU MATARI SAJA
Label:
Tentang rumah T20
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pengunjung ke
Blog Archive
-
▼
2008
(30)
-
▼
Maret
(14)
- AKHOBAH: Nama masjid kami
- LIBUR PANJANG ASYIK BUAT KAMI
- Proposal pembangunan masjid
- MENUNGGU ADIK SIRAJ DAN MATARI
- MUHAMMAD AZKA SIRAJULAKBAR
- PANGGIL AKU MATARI SAJA
- bla...
- UU No 32 Tentang Pembentukan Kota Serang
- 12.857 Anak Tak Tamat SD
- Perilaku Sehat Masih Rendah
- Kota Butuh 417 PJU Baru
- Kematian Ibu-Bayi Masih Tinggi
- Pembantu Disekap, Isi Rumah Digasak
- Keseharian kerja kami
-
▼
Maret
(14)
Gang Raflesia
Jl. Raflesia, Kawasan Kelapagading Blok S-T, Kota Serang Baru,
Banten, Indonesia 42122
Banten, Indonesia 42122
Tidak ada komentar:
Posting Komentar