Jumat, 16 Mei 2008

DISURUH BANGKIT TAPI KOK BBM NAIK



Sebagai manusia yang mengais rejeki sebagai kuli bulan Mei terasa agak istimewa. Bagaimana tidak, buruh, peran yang kami lakoni diperingati oleh sesama manusia senasib di muka bumi ini. Tepatnya tanggal 1 Mei, teriakan-teriakan penderitaan tiap hari yang kami hadapi terasa agak lega terucap. Teriakan-teriakan itu terkadang menjadi sebuah tuntutan, yang memang sepertinya akan tidak mungkin dipenuhi oleh pemimpin yang lebih banyak mementingkan kepentingan dirinya sendiri. Tak jarang, kami-kami ini sering menjadi sebatas komoditas.

Sebagian dari kami memang tidak terjun langsung di lapangan untuk memperingati hari yang telah dikonotasikan aliran tertentu. Tapi bagi kami, aliran apa pun tak kami hiraukan, yang penting adalah ketulusan untuk membela nasib manusia-manusia seperti kami. Jumlah kami tidak sedikit. Seperti di tempat tinggal kami, yang sekarang memiliki gelar sebagai sebuah wilayah administratif kota, akan mencatat sejarah pemilihan walikota pertama. Kami pun tak perduli siapa yang naik, dari partai apa, dari golongan apa, jenis kelamin apa, gaya rambut seperti apa, yang penting ia tulus dan ikhlas memikirkan kepentingan kami. Adakah calon walikota seperti tuntutan kami ini. Moga aja ada.

Medio Mei ini kami nampaknya akan menghadapi nasib yang lebih memprihatinkan. Bagaimana tidak, komoditi ekonomi utama harganya akan naik. Tentunya semua barang-barang akan naik. Diganti dengan BLT, rasanya tidak akan menyelesaikan masalah kami nanti. Selain kami bukan warga yang menerima, walau kami pantas menerima, dampak kenaikan ini tidak akan berhenti dalam kurun waktu sesuai bantuan BLT. Sementara itu, upah kami tidak beranjak naik. Akhirnya, pilihan kesederhanaan dalam keterbatasan menjadi pilihan yang tak dapat kami tolak.

Kenaikan ini memang bukan mengagetkan. Karena kenaikan harga minyak dunia akan dijadikan alasan utama pemerintah (penjahat?). Padahal menurut banyak ahli banyak pilihan yang bisa diambil oleh pemerintah untuk menanggulangi masalah ini. Ampun deh, pemimpin kok pikirannya cekak, hanya mikirkan nasibnya sendiri.

Untung saja kami bukanlah orang yang mudah lupa bagaimana menghadapi masa-masa sulit. Karena kesulitan yang disebabkan keterbatasan pemerintah adalah keseharian kami, jadi bulan-bulan ke depan kesulitan yang lebih dari bulan ini merupakan tantangan kami sebagai manusia biasa dalam bertahan hidup.

baca selanjutnya..

PANGGIL AKU ZONNIG SAJA







Alhamdulillah,

31 MARET 2008 menjadi bagian penting buat kami, tepatnya sejak pukul 12.35 wib. Sejak saat itu aku menjadi seorang bapak dengan tiga orang anak; istriku menjadi ibu dengan tiga orang anak; Siraj, anak pertama kami, menjadi kakak dengan dua adik; Matari, anak kedua kami, menjadi kakak dengan satu adik; emakku, nenek satu-satunya anak-anak kami yang masih diberi kesempatan hidup, menjadi nenek dengan 21 cucu. Hari yang cerah itu, seisi rumah kami berubah dengan kehadiran seorang bayi laki-laki.

Hadirnya bayi dengan bobot 4,2 kg di hadapan mata sangat membuat hidup kami terasa semakin indah di tengah-tengah kehidupan yang serba ngawur (tanpa aturan yang baik) dan gelap ini ini. Bayi sehat ini kami beri nama OMAR ZONNIG TRISTAN.

Terdengar aneh dan tidak familiar (terbiasa) memang di telinga kita. Tapi aneh dan tidak familiar bukanlah masalah dalam pemberian nama untuk anak kami. Yang terpenting bagi kami adalah arti, bukan bahasa apa/mana. OMAR kami ambil dari nama tokoh besar dalam peradaban dunia. Paling tidak ada tiga nama Omar (Umar) yang menjadi pencerah dan kegemilangan dunia: Umar bin Khatab (sahabat nabi dan pemimpin umat yang berani), Umar bin Abdul Aziz (pemimpin yang jujur dan cerdas), dan Umar Kayyam (penulis yang mulia). ZONNIG adalah kata dalam bahasa Belanda yang artinya Matahari bersinar, dan TRISTAN adalah kata dalam bahasa Inggri kuno yang berarti berani, tangguh, dan kuat.

Semoga ia menjadi manusia pencerah dunia yang kuat/tangguh/berani.

Serang, Mayday 2008.
Kami yang berbahagia:
Radjimo Sastrowi, Siti Suharsih, M. Azka Sirajulabkar, dan Fatima Matari Cerah
Keluarga Besar (Alm.) Saleh Sidik, Serang.
Keluarga Besar (Alm.) Warto Wijono, Semarang.

baca selanjutnya..

Bersama

Pengunjung ke

Gang Raflesia

Jl. Raflesia, Kawasan Kelapagading Blok S-T, Kota Serang Baru,
Banten, Indonesia 42122