Jumat, 02 April 2010

DUA TAHUN ZONNIG





OMAR ZONNIG TRISTAN Senin, 29 Maret 2010 keceriaan yang biasa terpancar dari raut mukanya seolah memudar. Kelincahannya yang selalu menjadi bagian utama dirinya pun bagai pergi entah kemana. Senin menjelang dua hari ulang tahunnya itu dia kena demam. Sejak pagi sampai malam tubuhnya lunglai, panas tubuhnya di atas seperti hari biasanya, dan ia hanya mau dekat dengan uminya. Bahasa universal seorang batita yang menginjak dua tahun menjadi pengantar komunikasi dengan kami, menangis. Rengekannya menggantikan omongannya yang memang berbeda dengan kedua kakaknya. Pantas saja, Kami menjadi lebih tidak memahami.

Yang Kami rasakan, apa yang dia alami seperti pada kejadian setahun yang lalu. Menjelang dua tahun dia sakit demam, dan kayaknya akan flu. Dan alhamdulillah, ternyata itu hanya berlangsung cuma sehari. Pas dua tahunnya, dia sudah nampak seperti hari-hrai biasanya: ceria, lincah, energik, mudah ketawa, ramah dengan siapa saja (walau dengan bahasa yang susah dipahami orang banyak).

Rabu, 31 Maret 2010 adalah hari pertama di tahun kedua dia bersama Kami. Kehadirannya, yang tidak kami rencanakan secara matang ternyata membawa berkah dan anugerah tersendiri. Kelincahannya di atas kedua kakaknya, dan berbahasanya juga berbeda dengan kakaknya. Orang banyak mengistilahkan Zonnig telat ngomong. Bagi kami, ini merupakan sesuatu yang menantang dalam mendidik anak. Menjelang dua tahunnya, kata yang fasih diucapkan adalah baba (tokoh boneka) dan umi (memanggil semua orang di sekelilingnya). Sementara untuk lagu yang selalu ingin dia dengar adalah crash test dumies..mmm...mmm....mmm. Kala mendengar lagu itu, tangisannya menjadi hilang, kesedihannya berubah menjadi kebahagiaan.

Rabu yang spesial bagi Kami ini, seperti biasa tidak ada acara spesial dalam ulang tahun. Hanya dengan sedikit merayakan kebersamaan, Kami memakan bersama yang sebelumnya diawali dengan meniup lilin. Biasanya ritual seperti ini kami lakukan pada ba’da maghrib, tanpa mengundang orang lain. Rabu malam itu dia sangat berbahagia, bahkan diantara kami yang makan kue tar paling banyak adalah dia. Kami pun sangat berbahagia. Maturnuwun Gusti.

Tidak ada komentar:


Bersama

Pengunjung ke

Gang Raflesia

Jl. Raflesia, Kawasan Kelapagading Blok S-T, Kota Serang Baru,
Banten, Indonesia 42122