Kamis, 07 Agustus 2008

Banyak Kelas Rusak


SERANG – Walau telah menjadi kota, sejumlah sarana belajar siswa di Kota Serang masih perlu mendapat perhatian. Lebih dari separuh ruang belajar atau kelas untuk tingkat sekolah dasar (SD) di Kota Serang dalam kondisi memprihatinkan.

“Saya sedih karena masih banyak kondisi ruang belajar di Kota Serang yang ditemukan dalam kondisi rusak,” terang Penjabat Walikota Serang Asmudji HW, saat peresmian perbaikan SDN Mesjid Priyayi di Kecamatan Kasemen oleh Yayasan Budha Tzu Chi, Sabtu (2/8).

Dikatakan, dari 1.577 kelas yang terdapat di 226 SD di Kota Serang, hanya ada 711 kelas saja yang kondisinya baik. Sementara sisanya, atau sebanyak 866 ruang belajar kondisinya masih jelek. “Lebih dari 50 persen kondisinya tidak baik,” tambahnya.
Asmudji menambahkan, perlu peran serta semua pihak untuk membangun gedung pendidikan agar menjadi lebih baik. Menurutnya, keterlibatan swasta dalam membangun sarana belajar perlu disambut baik sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam pendidikan.

Diketahui, SDN Mesjid Priyayi merupakan salah satu sekolah yang hancur akibat bencana alam putting beliung pada akhir Nopember 2007 lalu. Bupati Serang Taufik Nuriman yang turut hadir dalam acara ini menyebutkan, selain sekolah yang berada di Desa Wali, Kecamatan Kasemen ini, ada tiga sekolah lainnya yang hancur akibat bencana alam, di antaranya di Kecamatan Baros dan Walantaka. Taufik Nuriman sepakat agar semua pihak bersama-sama bisa memberikan perhatian kepada lembaga pendidikan. “Masyarakat akan maju jika adanya pendidikan. Dan lembaga pendidikan ini akan maju bila ada fasilitas anggaran atau biaya, dan peran masyarakat untuk membantu,” ujarnya.

Hermanto, perwakilan dari Yayasan Budha Tzu Chi mengatakan, yayasannya memiliki misi kemanusiaan tanpa membedakan suku, agama, ras, dan warna kulit. “Sebagai manusia sudah seharusnya peduli terhadap sesama. Kita tak hanya bergerak dalam pendidikan saja, bidang lain yang menyangkut sosial kemasyarakatan terus dibantu,” ujarnya. (fau)

Sumber: www.radarbanten.com, 4 Agustus 2008

Berita lain:

Nunggak Listrik, 300 Pelanggan Diputus

SERANG-PLN Unit Pelayanan dan Jaringan Serang Kota bersikap tegas terhadap pelanggan yang menunggak listrik hingga tiga bulan.

Rabu (6/8) kemarin, misalnya, sekitar 300 pelanggan diputus jaringannya.
“Kita putus total atau bongkar rampung. Jadi sudah tidak ada toleransi lagi, termasuk yang nunggak hingga dua bulan akan diputus sementara. Sebelumnya kami beri surat pemberitahuan,” tandas Manager PLN UPJ Serang Kota Rustanto usai melepas tim pemutus jaringan, kemarin.

Katanya, yang diputus hari Rabu ini hanya sebagian kecil. Berdasarkan catatan, saat ini jumlah penunggak sebanyak 4.000 pelanggan dari 125.000 pelanggan di UPJ Serang Kota yang antara lain meliputi wilayah Kecamatan Serang, Cipocok Jaya, Baros, Kasemen, Ciomas, dan Kramatwatu.

“Mayoritas pelanggan kelompok rumah tangga. Besar tunggakan bervariatif, mulai ratusan ribu hingga jutaan. Pemutusan ini akan terus berlanjut,” ungkap Rustanto. Ia mengakui, banyaknya jumlah penunggak karena penertiban belum maksimal. (bie)

Sumber: www.radarbanten.com, 6 Agustus 2008


Debit Air di Banten Menurun

24.142 Ha Sawah Kering, 3.922 Ha Puso

SERANG - Dalam beberapa bulan terakhir debit air sungai di Banten mengalami penurunan hingga mencapai 60 persen. Debit air sungai hanya tinggal 40 persen dari kondisi normal.

“Penurunan debit air sungai otomatis berpengaruh pada irigasi untuk areal pertanian,” terang Winarjono, Kepala Dinas Sumber Daya Air Provinsi Banten, Kamis (31/7).
Banyak faktor yang menyebabkan volume air turun drastis. Dikatakan, selain pengaruh iklim yang kini sedang kemarau, penurunan juga diakibatkan kondisi konservasi di daerah hulu. “Upaya yang harus dilakukan adalah memperbaiki kondisi di hulu. Tapi ini masalah bersama,” ujarnya seraya menyebutkan daerah paling parah tingkat penurunannya di kawasan Pantai Utara.

Winarjono mengatakan, upaya penanganan penurunan debit air dengan mengoptimalkan air bawah tanah. Kendati demikian, ia menegaskan, untuk ABT ini pihaknya belum bisa berbuat banyak karena membutuhkan banyak biaya. Sementara untuk penyediaan air baku untuk konsumsi masyarakat, kata Winarjono, sudah meminta bantuan pemerintah pusat. “Kita sudah mengajukan permohonan tanki air,” ujarnya.

Sementara itu, berdasarkan data dari Dinas Pertanian Banten, jumlah kekeringan sawah di Banten telah mencapai 24.142 hektar. Agus M Tauchid, Kasubdin Pertanian dan Tanaman Holtikultura Distan Banten, menyebutkan, daerah kekeringan tertinggi terjadi di Kabupaten Pandeglang mencapai 17.722 Ha. Di Kabupaten Serang kekeringan melanda sawah sebanyak 436 Ha, Kabupaten Lebak 5.256 Ha, Kabupaten Tangerang 370 Ha, dan Kota Serang 358 Ha.

Akibat kekeringan itu, total area pertanian yang puso sekitar 3.922 Ha yakni di Kabupaten Pandeglang 2.271 Ha, Kabupaten Lebak 1.550 Ha, dan Kota Serang 101 Ha. “Daerah yang dilanda kekeringan dan puso berada pada sawah tadah hujan,” ungkapnya.
Kata Agus, upaya yang dilakukan untuk mengatasi kekeringan di antaranya mobilisasi pompa air, diversifikasi pola tanam pada daerah tadah hujan yang rentan kekeringan, dan bantuan benih. Pemerintah juga merencanakan pemetaan daerah rawan kekeringan untuk diambil langkah terpadu dengan instansi terkait di pemprov dan kabupaten/kota.
Agus berharap, upaya yang tengah dan sedang dilakukan dapat menimalisasi akibat kekeringan dan puso di Banten. “Mudah-mudahan berhasil,” ujar Agus lagi..(fau/mg-inna).

Sumber: www.radarbanten.com, 4 Agustus 2008

Tidak ada komentar:


Bersama

Pengunjung ke

Gang Raflesia

Jl. Raflesia, Kawasan Kelapagading Blok S-T, Kota Serang Baru,
Banten, Indonesia 42122