Senin, 30 Maret 2009

Satu Tahun Si BONANG





Hari ini salah satu anak kami genap berusia satu tahun. Ia yang satu tahun lalu masih ada di dalam perut, kini dapat merasakan dan menikmati dunia yang penuh dengan warna. Termasuk dalam beberapa hari ini, badannya terasa panas yang tertular oleh dua kakaknya—seperti akan terserang pilek dan batuk. Panas dinginnya tentu bukan karena meradang menyaksikan cuci-tangannya para penguasa terhadap tragedi Situ Gintung, Tangerang, Jumat (27/3/09) dinihari itu.

Kami termasuk yang mempercayai bahwa anak terlahir dalam kondisi polos, tidak baik dan tidak pula jahat, namun ia membawa kecenderungan untuk baik dan jahat. Bagi kami, kejahatan merupakan ekspresi dari kebencian, ego yang terkekang. Sejauh pengalaman kami hidup bersama anak-anak, mereka sangat egois. Hingga, dengan mengelola ego mereka kami bekerjasama. Ketika ego mereka kami pelihara, yang muncul adalah kebaikan mereka, sebaliknya jika ego mereka kami kekang, yang muncul adalah kebencian/kejahatan mereka. Dari sini kami menyimpulkan, anak-anak yang berbuat jahat demi mencari kebahagian, dengan membalas dendam kepada masyarakat yang tidak mau mengapresiasikan egonya. Dan, nampaknya ini juga berlaku bagi orang dewasa.

Namun demikian, kami terkadang juga tidak bisa mentolerir ego mereka, saat kami juga dihadapkan pada kepentingan kami sendiri. Dan yang sering muncul adalah rasa ingin marah pada kondisi seperti ini. Untung saja—sejauh ini—kami tidak pernah menyalahkan bahkan mengeluarkan emosi kami kepada mereka dalam bentuk ekspresi fisik.

Hal yang lumrah dalam setiap peringatan ulang tahun adalah berucap syukur dan mencipta keinginan. Dua hal itu tentu belum dapat dituturkan oleh si Bonang, anak kami yang di akte kelahirannya tertulis Omar Zonnig Tristan. Bonang, entah siapa yang pertama menjulukinya, terasa sangat pas buat dia saat yang memanggil dan yang dipanggil berkomunikasi. Apalagi, yang memanggil dua kakaknya, Siraj (tujuh tahun pada awal Desember nanti) dan Matari (3 tahun kurang dua bulan). Dalam menyikapi keinginan anak kami sangat waspada, tidak semua harus difasilitasi. Dengan kesadaran bahwa keinginan akan dapat mendatangkan kebaikan/kejahatan, kami harus memilih dan memilah untuk kebaikan perkembangan dan pertumbuhannya.

Keinginan anak yang tidak tersalurkan akan berakibat buruk baik dia dan masyarakatnya. Bukankah orang pada dasarnya baik, ingin bertindak baik, ingin menyayangi dan disayangi pula. Sehigga, kebencian dan pemberontakan anak merupakan kasih sayang dan keinginan yang terhalang.

Maka setiap, 31 Maret si Bonang bertambah usia dan menyusut hidupnya ini akan kami waspadai dengan mendengar keinginannya. Dalam rumah yang tidak mengharamkan kebebasan ini kami akan menjadikannya sebagai tempat awal dan tempat akhir menyandarkan dan menggapai cita, serta mungkin keinginan mereka. Dalam rumah yang kami bangun dengan rasa kasih sayang ini, kami ingin menjadikannya sebagai tempat untuk belajar dan memahami bahwa kebebasan berbeda dengan pengekangan.

Selamat nak, jalanmu masih panjang, hadapilah aral-melintang yang terbentang malang-megung, dengan cinta, bebas, dan sabar.

baca selanjutnya..

Bersama

Pengunjung ke

Gang Raflesia

Jl. Raflesia, Kawasan Kelapagading Blok S-T, Kota Serang Baru,
Banten, Indonesia 42122